KETIKA kita berada dalam kondisi terdesak, OTOMATIS bibir kita pun berucap, “Ya Allah” Ketika kita sedang berada dalam titik kesulitan yang membuat semua hal terasa berat untuk ditanggung, kita pun terkadang refleks berucap, “Ya Allah!” Ketika kita berada di ambang bahaya, lisan kita pun tidak lekang mengucapkan, “Ya Allah!” Bahkan, ketika kita berada dalam posisi kalah oleh suatu masalah, sontak kita mengatakan, “Ya Allah!”
Dalam arti lain pengucapan “Ya Allah!” adalah bukti bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan senantiasa mohon pertolongan Allah sebagai Dzat yang Mahakuat dan Mahakuasa. Kondisi yang benar-benar dalam tekanan dan berada dalam situasi yang terinjak, seolah kita baru menyadari bahwa kita adalah makhluk lemah sehingga menyebut Allah untuk memohon pertolongan.
Setidaknya ada beberapa hal mengapa ketika kita berada dalam kondisi tertekan, terdesak, dan sedang menghadapi masalah yang serius, kita justru menyebut asma Allah.
Pertama, kita adalah makhluk lemah dan menyadari bahwa Allah Dzat yang Mahakuasa. Ketika kita berada dalam kondisi yang menyenangkan, posisi nyaman, dan hati bahagia, seolah kita merasa bahwa kita adalah orang yang tidak membutuhkan bantuan dari siapa-siapa lagi di dunia ini. Bahkan, tanpa kita sadari kita telah melalaikan Allah. Ingatlah bahwa semua kebahagiaan tersebut adalah karena kuasa-Nya.
Kalam Allah berikut ini layak kita renungkan untuk berkehidupan kita.
“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir.” (QS al-Ma’arij [70]: 19-21)
Kedua, Allah sengaja memberikan ujian kepada kita agar kita kembali bisa mengingat Allah karena sebelumnya kita kerap kali melalaikan-Nya. Memang benar bahwa ketika kita berada dalam posisi nyaman, kita sering lalai bahwa yang membuat kita nyaman bukan sepenuhnya berasal dari usaha, tawakal, dan ikhtiar kita. Allah-lah melalui hukum alam-Nya berkehendak demikian. Oleh karena itu, Allah mempunyai ketentuan untuk kita berada dalam posisi nyaman.
Atas izin-Nya, kita berhasil melakukan usaha sehingga kita berada dalam kondisi yang menyenangkan. Atas kehendak-Nya, kita sukses merengkuh posisi nyaman dalam kehidupan. Atas ketentuan-Nya, kita bisa menjadi bahagia. Memang benar bahwa itu adalah usaha, tawakal, dan ikhtiar kita, tetapi kita harus memahami bahwa Allah berada di balik itu. Tanpa izin, kehendak, dan ketentuan Allah, semua itu tidak bisa kita raih.
Meski demikian, ketika kita berada di posisi atas, kita justru sering melupakan Allah. Mentang-mentang hidup kita sudah nyaman dan hati bahagia serta segala hal terasa sangat mudah, kita lupa bersyukur kepada Allah. Jika demikian, kita sudah termasuk dalam golongan orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah. Sementara itu, dalam ajaran Islam jelas dinyatakan bahwa orang yang kufur nikmat itu menerima azab Allah yang sangat pedih.
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat’.” (QS Ibrahim [141]: 7).
Ketiga, pada dasarnya semua makhluk bertasbih dan berdzikir kepada Allah. Oleh karena itu, ketika kita berada dalam kondisi lemah, bahkan pikiran tidak bisa konsentrasi, lisan kita masih bisa mengucapkan asma Allah tanpa tersambung dengan perintah kita. Kita menyebut “Ya Allah!” tanpa kita sadari. Itu berarti semua makhluk Allah berdzikir kepada Allah.
Hal itu merupakan ‘sindiran’ bagi kita bahwa anggota tubuh kita saja mengingat Allah, mengapa kita justru melalaikan-Nya? Sesungguhnya seluruh makhluk yang ada di alam ini bertasbih dan menyatakan kebesaran Allah. Bisa saja termasuk lisan kita yang mungkin ketika kita dalam keadaan galau mengucapkan lafal “Ya Allah!” di luar kendali kita. Entah, yang pasti kita memang makhluk lemah yang membutuhkan Allah.
Allah berkalam dalam Al-Qur’an berikut ini.
“Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS al-Hadid [57]: 1)
Keempat, menyadarkan kita agar kita segera meninggalkan rasa galau. Jika kita telah menyebut “Ya Allah!”, itu artinya kita menyadari bahwa semua yang kita lakukan dan apa yang telah kita raih memang atas izin Allah. Oleh karena itu, seolah kita sadar bahwa segala hal yang menimpa kita, termasuk masalah hidup yang mendera pun atas izin Allah.
Berdoa kepada Allah merupakan bentuk penghambaan kita kepada-Nya dan penyerahan atas segala apa yang diberikan kepada kita. Doa adalah kepasrahan kita kepada Allah. Doa adalah penafian sikap sombong kita dan kita menyadari betul bahwa kita tidak layak sombong karena kebesaran itu hanya milik Allah. Untuk itu marilah kita mengadu kepada Allah dalam berbagai kondisi
No comments:
Post a Comment